SELAMAT DATANG DI ZONA GADO-GADO!!! TEMPATNYA SEMUA BERITA TERBARU DI DUNIA. SILAKAN BERSENGAN SENANG......

Jumat, 23 Desember 2011

MENGENAL KEBUDAYAAN DI PULAU BUTON

Buton adalah sebuah pulau yang terletak di Sulawesi Tenggara. Pada zaman dahulu di daerah ini pernah berdiri Kerajaan Buton yang kemudian berkembang menjadi Kesultanan Buton.
Buton dikenal dalam Sejara Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Negara Kertagama karya Prapanca pada tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri (Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru. Nama Pulau Buton juga telah dikenal sejak zaman pemerintahan Majapahit. Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa, menyebut nama Pulau Buton.

Cikal Bakal
Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati yang oleh sumber lisan mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke – 13.
Mereka mulai membangun perkampungan yang dinamakan Wolio (saat ini berada dalam wilayah Kota Bau-Bau serta membentuk sistem pemerintahan tradisional dengan menetapkan 4 Limbo (Empat Wilayah Kecil) yaitu Gundu-gundu, Barangkatopa, Peropa dan Baluwu yang masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang Bonto sehingga lebih dikenal dengan Patalimbona. Keempat orang Bonto tersebut disamping sebagai kepala wilayah juga bertugas sebagai pelaksana dalam mengangkat dan menetapkan seorang Raja. Selain empat Limbo yang disebutkan di atas, di Buton telah berdiri beberapa kerajaan kecil seperti Tobe-tobe, Kamaru, Wabula, Todanga dan Batauga. Maka atas jasa Patalimbona, kerajaan-kerajaan tersebut kemudian bergabung dan membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Buton dan menetapkan Wa Kaa Kaa (seorang wanita bersuamikan Si Batara seorang turunan bangsawan Kerajaan Majapahit) menjadi Raja I pada tahun 1332 setelah mendapat persetujuan dari keempat orang bonto/patalimbona (saat ini hampir sama dengan lembaga legislatif).
Dalam periodisasi Sejarah Buton telah mencatat dua Fase penting yaitu masa Pemerintahan Kerajaan sejak tahun 1332 sampai pertengahan abad ke – 16 dengan diperintah oleh 6 (enam) orang raja diantaranya 2 orang raja perempuan yaitu Wa Kaa Kaa dan Bulawambona. Kedua raja ini merupakan bukti bahwa sejak masa lalu derajat kaum perempuan sudah mendapat tempat yang istimewa dalam masyarakat Buton. Fase kedua adalah masa Pemerintahan Kesultanan sejak masuknya agama Islam di Kerajaan Buton pada tahun 948 Hijriah ( 1542 Masehi ) bersamaan dilantiknya Laki La Ponto sebagai Sultan Buton I dengan Gelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis sampai pada Muhammad Falihi Kaimuddin sebagai Sultan Buton ke – 38 yang berakhir tahun 1960.

Raja-Raja Buton:
  1. Raja ke I Wa Kaa Kaa 1311
  2. Raja ke II Bulawambona
  3. Raja ke III bataraguru
  4. Raja ke IV tua rade
  5. Raja ke V Mulae
  6. Raja ke VI Murhum 

Sultan-Sultan Buton:
  1. Sultan ke-1 Murhum dengan gelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis (1491-1537),
  2. Sultan ke-2 La Tumparasi (1545-1552) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
  3. Sultan ke-3 La Sangaji (1566-1570) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
  4. Sultan ke-4 La Elangi (1578-1615) dengan gelar Sultan Dayanu Iksanuddin,
  5. Sultan ke-5
  6. Sultan ke-6 La Buke
  7. Sultan ke-7
  8. Sultan ke-8
  9. Sultan ke-9 La Awu (1654-1664) dengan gelar Sultan Malik Sirullah,
  10. Sultan ke-10 La Simbata (1664-1669) dengan gelar Sultan Adilil Rakhiya,
  11. Sultan ke-11 La Tangkaraja (1669-1680) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
  12. Sultan ke-12 La Tumpamana (1680-1689) dengan gelar Sultan Zainuddin,
  13. Sultan ke-13
  14. Sultan ke-14 La Dini (1697-1704) dengan gelar Sultan Syaifuddin,
  15. Sultan ke-15
  16. Sultan ke-16 La Sadaha (1704-1709) dengan gelar Sultan Syamsuddin,
  17. Sultan ke-17 La Ibi (1709-1711) dengan gelar Sultan Nasraruddin,
  18. Sultan ke-18 La Tumparasi (1711-712) dengan gelar Sultan Muluhiruddin Abdul Rasyid,
  19. Sultan ke-19 La Ngkarieri (1712-1750) dengan gelar Sultan Sakiyuddin Duurul Aalam,
  20. Sultan ke-20 La Karambau (1750-1752)Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail
  21. Sultan ke-21 Hamim (1752-1759) dengan gelar Sultan Sakiyuddin,
  22. Sultan ke-22 La Seha (1759-1760) dengan gelar Sultan Rafiuddin,
  23. Sultan ke-23 La Karambau (1760-1763)Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail
  24. Sultan ke-24 La Jampi (1763-1788) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
  25. Sultan ke-25
  26. Sultan ke-26 La Kaporu (1791-1799) dengan gelar Sultan Muhuyuddien Abdul Gafur,
  27. Sultan ke-27 La Badaru (1799-1822) dengan gelar Sultan Dayanu Asraruddin.
Buton sejak lama mempraktekkan teori perang modern yakni (disamping) menggunakan kekuatan militer, namun diramu dan dimainkan dengan kekuatan diplomatis, perang psikologi, intelijen dan terakhir..pastinya kekuatan mental/spiritual. Semua kunci ini dimainkan dengan pola yang sungguh memikat, sama memikatnya dengan shimphoni musikus abad pertengahan.

Ternyata, kunci yang dimiliki Buton merupakan kunci yang diramu dari beberapa kekuatan peradaban dunia kala itu. Seperti kita ketahui, peradaban2 terbesar dunia seperti China/ Budha, India/ Hindu, Arab/Islam, maupun Majapahit/ lokal. Semua peradaban ini bercampur di kebutonan, sehingga melahirkan peradaban baru yang unik, modern dan "kuat" pada zamannya. Peradaban2 tersebut terpahat dengan kuat pada dada setiap orang Buton yang terangkum dalam falsafah:

Yinda-yindamo arataa somanamo karo, merupakan basis/ mesin perang ekonomi.

 
Yinda-yindamo karo karo somanamo Lipu, merupakan basis/ mesin pertahanan militer

 
Yinda-yindamo lipu somanamo Sara, merupakan basis/ mesin pertahanan diplomasi

 
Yinda-yindamo sara somanamo Agama, merupakan basis/ mesin pertahanan spiritual(agama)


Inilah kunci "kekuatan" perdaban Buton sehingga sanggup bertahan dari gempuran para super-power. Termasuk kekuatas super-power Belanda ketika itu.

Falsafah diatas bukan hanya sebagai falsafah hidup, tetapi juga sekaligus sebagai mesin-perang luar biasa. Dalam falsafah diatas terkandung prinsip2 perang modern yang memuat prinsip blokade perang ekonomi, militer, diplomasi dan perang spiritual.

Dapat dilihat dengan sangat jelas, bahwa setiap pemimpin Buton, mulai dari Wa Kaa Kaa, sampai kepada Sultan terakhir, masing2 mereka memegang salah satu atau gabungan dari prinsip2 mesin perang diatas. Setiap pemimpin Buton mengambil satu kebijakan pertahanan atau perlawanan entah kebijakan pertahan dari sisi ekonomi, kebijakan pertahanan dari sisi militer, kebijakan dari sisi diplomatis, kebijakan dari sisi psy-war/ inteligen ataupun kebijakan pertahanan terakhir dari sisi siritual/ agama. Tidak ada seorang sultan pun yang memilih jalan yang salah. Setiap sultan Buton mengambil arah kebijakan terbaik yang sesuai situasi dan kondisi pada zamannya.



Tidak ada komentar: