KATA PENGANTAR
Puji sukur senantiasa
kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan curahan
Rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyusun makala ini dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa saya ucapkan
banyak terima kasih kepada guru Biologi kami yang telah memberikan saya
petunjuk tentang materi makala yang telah saya buat ini.
Makala ini berisi
tentang penjelasan yang mendasari teori Evolusi. Dengan makala ini saya harap
para pembacanya dapat mengerti apa yang dimaksud dengan evolusi tersebut
Walaupun teori evolusi
mendapatkan penentangan dan keberatan dari banyak pihak keagamaan, para ilmuwan
dan komunitas ilmiah menolak keberatan-keberatan yang diajukan tersebut, oleh
karena penantangan tersebut didasarkan pada kesalahpahaman pada konsep teori
ilmiah dan penafsiran yang salah pada hukum-hukum fisika dasar.
Akhirnya saya ucapkan “tak ada gading yang tak retak, tak ada
manusia yang sempurna,” kami mengerti makala ini belumlah sempurna. Untuk
itu kritik dan saranya sangat kami harapkan untuk diparebaik pada makala
selanjutnya.
Watumotobe, 8 Januari 2012
Penuilis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
- Rumusan
Masalah
- Tujuan
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
- Bukti-Bukti Evolusi
- Eksperimen Yang
Mendasari Lahirnya Evolusi
- Hukum Hardy-Weinberg
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini
dibuat berdasarkan niat dan sesuai dengan kondisi serta keadaaan dalam
kehidupan sekitar. Dimana telah kita ketahui bahwa zaman modern ini mahluk
hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan alam.
Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan
perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang ditelitinya. dalam hal ini adalah
meneliti asal usul kehidupan yang menjadi permasalahan dari sejak berabad-abad
tahun yang lalu sampai sekarang. karena pada umumnya biologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam dan mahluk hidup yang ada disekitarnya.
Dan tentunya ilmu pengetahuan itu akan kita peroleh dari
pembelajaran, maka dari itu melalui Makalah ini penulis mencoba menjelaskan dan
menerangkan asal usul kehidupan melalui evolusi biokimia untuk membuktikan
beberapa yang diharapkan. dan tentunya dilengkapi dengan berbagai pihak atau
tokoh pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
·
Adakah
bukti-bukti dari evolusi?
·
Adakah
eksperimen yg mendasari munculnya teori Evolusi?
·
Bagaimana
cara menerapkan hokum Hardy Weinberg?
C. Tujuan Penulisan
Agar kita dapat
mengetahui apa yg di maksud dengan evolusi dengan berdasar pada teori-teori
para ahli.
BAB II
PEMBAHASAN
Evolusi
adalah proses perubahan pada sebagian atau seluruh bentuk kehidupan mahluk
hidup dari satu generasi ke generasi.
A. Bukti-Bukti Evolusi
1.
Bukti Berupa Fosil
Riset pada bidang paleontologi
yang mempelajari fosil mendukung gagasan bahwa semua organisme berkerabat.
Fosil memberikan bukti bahwa perubahan yang berakumulasi pada organisme dalam
periode waktu yang lama telah mengakibatkan keanekaragaman bentuk-bentuk
kehidupan yang kita lihat sekarang. Fosil sendiri menyingkap struktur organisme
dan hubungan antara spesies sekarang dengan spesies yang telah punah.
Sejumlah besar fosil
telah ditemukan dan diidentifikasikan. Fosil-fosil ini berperan sebagai catatan
kronologis evolusi. Catatan fosil memberikan contoh-contoh spesies
transisi yang menghubungkan bentuk kehidupan yang lalu dengan bentuk
kehidupan sekarang. Salah satu contoh fosil transisi tersebut adalah Archaeopteryx, organisme kuno yang memiliki
karakteristik reptil (gigi kerucut dan tulang ekor yang panjang) namun juga
memiliki karakteristik burung (bulu burung dan tulang furkula). Implikasi
penemuan seperti ini adalah bahwa reptil dan burung memiliki nenek moyang
bersama.
(a)
(b)
2.
Perbandingan
Anatomi
Perbandingan kemiripan
pada bentuk maupun penampilan anggota tubuh antar organisme disebut sebagai morfologi. Morfologi telah digunakan sejak lama
untuk mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan ke dalam kelompok-kelompok yang
berhubungan dekat. Ini dapat dilakukan dengan membandingkan struktur organisme
dewasa spesies yang berbeda ataupun dengan membandingkan pola pertumbuhan,
pembelahan, dan bahkan migrasi sel semasa perkembangan organisme. Misalnya struktur
tubuh Manusia yang mirip dengan Kera.
3. Taksonomi
Para ilmuan menggunakan
kemiripan morfologi dan genetik untuk mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan
berdasarkan hubungan leluhur. Sebagai contoh, orangutan, gorila,
simpanse, dan manusia, termasuk dalam kelompok taksonomi familia yang sama (Hominidae). Hewan-hewan ini dikelompokkan bersama
karena kemiripan pada morfologi yang berasal dari nenek moyang bersama.
Bukti kuat evolusi
yaitu struktur pada spesies berbeda yang fungsinya juga berbeda namun memiliki
struktur yang mirip. Contohnya adalah tangan dan kaki mamalia. Tangan manusia,
kaki depan kucing, sirip ikan paus, dan sayap kelelawar memiliki struktur
tulang yang sama, namun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
4. Struktur vestigial
Vestigial
merujuk pada bagian anatomi hewan yang memiliki fungsi minimal ataupun sama
sekali tidak berfungsi. Struktur tanpa guna ini merupakan sisa-sisa organ tubuh
leluhur yang pernah berfungsi. Misalnya pada ikan paus, paus memiliki tulang vestigial yang
tampak seperti sisa tulang kaki leluhur paus yang berjalan di daratan.
5. Evolusi Konvergen
Organisme yang berada
dalam lingkungan yang mirip seringkali akan mengembangkan struktur fisik yang
mirip pula. Proses evolusi ini disebut sebagai evolusi konvergen. Baik hiu
dan lumba-lumba memiliki bentuk tubuh yang mirip,
namun mereka hanyalah berkerabat jauh. Hiu adalah ikan,
sedangkan lumba-lumba adalah mamalia.
Kemiripan ini diakibatkan oleh lingkungan yang mirip. Pada kedua kelompok hewan
tersebut, perubahan yang membantu proses berenang difavoritkan, sehingga
sejalan dengan waktu, keduanya akan mengembangkan struktur morfologi penampilan
yang mirip, walaupun keduanya tidak berkerabat dekat.
6. Biologi molekuler
Setiap organisme hidup
(terkecuali virus RNA) mengandung molekul DNA yang membawa
informasi genetik. Gen adalah untaian DNA yang membawa informasi dan
memengaruhi sifat dan ciri organisme. Gen menentukan penampilan umum suatu
individu dan secara terbatas memengaruhi perilakunya. Jika dua organisme
berkerabat dekat, DNA-nya akan sangat mirip.
Di sisi lain, dua
organisme yang berkerabat jauh akan memiliki perbedaan DNA yang lebih besar
Sebagai contoh, dua orang bersaudara memiliki hubungan yang lebih dekat dan DNA
yang lebih mirip daripada dua orang sepupu. Kemiripan pada DNA biasanya
menentukan hubungan antar spesies sama seperti ia menunjukkan hubungan antar
individu. Sebagai contoh, perbandingan DNA gorila, simpanse, dan manusia
menunjukkan 96% kemiripan DNA antara manusia dengan simpanse. Perbandingan ini
mengindikasikan bahwa manusia dan simpanse lebih berkerabat dekat terhadap satu
sama lainnya daripada terhadap gorila.
B.
Eksperimen yang Mendasari Lahirnya Teori Evolusi
Charles Darwin
mengembangkan gagasan bahwa tiap-tiap spesies berkembang dari nenek moyang yang
sama, dan pada tahun 1838, ia menjelaskan bagaimana proses yang ia sebut
sebagai seleksi alam ini dapat mengakibatkan hal ini terjadi.
Gagasan Darwin mengenai
cara kerja evolusi bergantung pada pengamatan-pengamatan berikut:
- Jika seluruh individu spesies berhasil bereproduksi, populasi spesies tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.
- Populasi cenderung tetap dari tahun ke tahun.
- Sumber daya alam terbatas.
- Tiada dua individu organisme suatu spesis yang persis mirip satu sama lainnya.
- Kebanyakan variasi dalam suatu populasi dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
Darwin menyimpulkan
oleh karena organisme menghasilkan keturunan yang lebih banyak daripada yang
lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat persaingan untuk bertahan hidup, dan
hanya beberapa individu yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin
menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan proses ini.
Pengamatan terhadap
variasi pada hewan dan tumbuhan merupakan dasar-dasar teori seleksi alam.
Sebagai contoh, Darwin memantau bahwa bunga anggrek dan serangga mempunyai hubungan dekat yang mengijinkan
penyerbukan pada tumbuhan. Ia mencatat bahwa bunga
anggrek mempunyai variasi pada strukturnya yang menarik serangga, sedemikian
rupanya serbuk sari yang berasal dari bunga akan menempel pada tubuh serangga.
Dengan begitu, serangga akan memindahkan serbuk sari dari anggrek jantan ke
anggrek betina.
Walaupun struktur bunga
anggrek tampaknya rumit, namun bagian terspesialisasi ini terbuat dari struktur
dasar yang dapat ditemukan pada bunga lain. Darwin menggunakan data yang
dikumpulkan tentang anggrek dan serangga penyerbuk untuk memperkuat teorinya
tentang seleksi alam. Dia berargumen bahwa menghasilkan penyerbukan silang
lebih cocok untuk anggrek bertahan hidup dari anggrek yang dihasilkan oleh
penyerbukan sendiri.
Teori seleksi alam
Darwin menjadi kerangka dasar teori evolusi modern. Eksperimen dan pengamatan
yang dilakukan oleh Darwin menunjukkan bahwa organisme dalam suatu populasi
bervariasi.
C. Hukum Hardy-Weinberg
Populasi mendelian yang berukuran besar sangat
memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu
anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu
dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya.
Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan
dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli
matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,. sehingga
selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang
harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak
terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya
peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan
perubahan frekuensi alel.
Deduksi terhadap hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1) Dari tetua kepada
gamet-gamet yang dihasilkannya
(2) Dari penggabungan
gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3) Dari genotipe zigot kepada
frekuensi alel pada generasi keturunan.
Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Kembali kita misalkan bahwa pada generasi tetua
terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi P, H, dan
Q. Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi alel a
adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet,
yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga,
frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).
Dengan berlangsungnya kawin acak, maka terjadi
penggabungan gamet A dan a secara acak pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang
terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali frekuensi gamet
yang bergabung. Pada Tabel 15.1 terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan terbentuk,
yakni AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi p2, 2pq,
dan q2.
Tabel 15.1. Pembentukan zigot pada kawin acak
|
Gamet-gamet E
dan frekuensinya |
||
A
(p) |
a
(q) |
||
Gamet-gamet G dan frekuensinya |
A (p)
|
AA
(p2) |
Aa
(pq) |
a (q)
|
Aa
(pq) |
aa
(q2) |
Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah
didapatkan, maka frekuensi alel pada populasi zigot atau populasi generasi
keturunan dapat dihitung. Fekuensi alel A = p2 + ½ (2pq) = p2 +
pq = p (p + q) = p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 +
pq = q (p + q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa frekuensi alel pada
generasi keturunan sama dengan frekuensi alel pada generasi tetua.
Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari
generasi ke generasi pada waktu ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1;
dan perbandingan genotip adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini
kita akan mendapatkan harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil yang sama
ini akan kita jumpai pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan
perbandingan genotip tidak berubah. Dapat kita simpulkan bahwa perubahan
evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy
(1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang
bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg
“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun
perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada
populasi yang berbiak secara seksual”
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori evolusi dibangun berdasarkan beberapa pengamatan
dasar. Ia menjelaskan keberagaman dan hubungan seluruh makhluk hidup. Terdapat
variasi genetik dalam suatu populasi individu. Beberapa individu secara
kebetulan memiliki sifat-sifat yang mengijinkan mereka bertahan hidup dan
berkembang pesat daripada yang lainnya. Individu yang bertahan hidup akan lebih
berkemungkinan bereproduksi dan menghasilkan keturunan. Keturunannya tersebut
akan mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar